Review mendalam agar tidak salah beli
Dapatkan rekomendasi produk shopee.

Industri Otomotif Nasional Masih Bergantung pada Impor Komponen

Mei 07, 2025
Industri Otomotif Nasional Masih Bergantung pada Impor Komponen

Ketergantungan industri otomotif Indonesia terhadap impor komponen masih menjadi tantangan utama dalam mendorong pertumbuhan sektor ini secara berkelanjutan. Meskipun produksi kendaraan di dalam negeri terus meningkat, nyaris 60 hingga 70 persen dari komponen kendaraan masih didatangkan dari luar negeri. Fakta ini menunjukkan bahwa kemandirian industri otomotif nasional masih berada dalam tahap awal, terutama dalam konteks manufaktur komponen utama seperti mesin, transmisi, dan sistem elektronik.

Ketergantungan pada Komponen Impor: Kenyataan yang Belum Tertangani

Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), produksi mobil nasional telah menembus lebih dari 1 juta unit per tahun. Namun ironisnya, sebagian besar kendaraan tersebut masih dirakit dengan komponen-komponen utama yang diimpor dari negara seperti Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.

Komponen seperti ECU (Electronic Control Unit), sistem injeksi bahan bakar, dan teknologi pendukung efisiensi bahan bakar hingga kini belum dapat diproduksi secara masif oleh industri dalam negeri. Salah satu penyebabnya adalah minimnya investasi teknologi dan riset yang dilakukan oleh produsen lokal maupun pabrikan global yang beroperasi di Indonesia.

Minimnya Riset dan Pengembangan Dalam Negeri

Sejumlah pelaku industri menilai bahwa rendahnya tingkat lokalisasi produksi disebabkan oleh keterbatasan investasi dalam riset dan pengembangan (R&D). Pabrik perakitan kendaraan di Indonesia kebanyakan masih berfungsi sebagai tempat perakitan (assembly) semata, bukan sebagai pusat pengembangan teknologi otomotif.

Transfer teknologi dari prinsipal asing juga dinilai belum optimal. Banyak pabrikan masih memilih memproduksi komponen kompleks di negara asal mereka, lalu mengirimkannya ke Indonesia untuk dirakit. Hal ini berkaitan erat dengan efisiensi produksi, jaminan kualitas, dan pengendalian biaya logistik secara global.

Pemerintah Dorong Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN)

Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah berupaya mendorong peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) melalui berbagai insentif fiskal dan regulasi. Salah satu langkah konkret adalah pemberian insentif pajak bagi kendaraan yang mencapai ambang batas tertentu dalam penggunaan komponen lokal.

Selain itu, dalam konteks elektrifikasi kendaraan, program percepatan mobil listrik berbasis baterai juga mensyaratkan TKDN minimum agar bisa menikmati insentif. Namun, realisasi target ini berjalan lambat akibat keterbatasan industri pendukung seperti manufaktur baterai dan motor listrik.

Tantangan Industri Komponen Lokal

Pelaku industri komponen dalam negeri mengaku kesulitan untuk bersaing dari sisi harga dan skala produksi. Komponen buatan lokal masih tergolong mahal karena bahan baku utama seperti baja, aluminium, hingga chip semikonduktor juga harus diimpor.

Selain itu, volume permintaan komponen dari pabrikan otomotif global di Indonesia belum cukup besar untuk menekan biaya produksi secara signifikan. Industri kecil dan menengah (IKM) yang menjadi tulang punggung rantai pasok domestik juga belum mampu mengadopsi teknologi produksi canggih karena keterbatasan modal.

Apa Kata Asosiasi dan Pengamat?

Asosiasi Industri Komponen Otomotif (GIAMM) menyebut bahwa tanpa strategi jangka panjang yang menyeluruh, ketergantungan pada impor akan terus berlanjut. Salah satu langkah yang didorong adalah pembangunan ekosistem produksi komponen utama secara terintegrasi—mulai dari bahan baku, pembuatan cetakan, hingga perakitan akhir.

Pengamat industri otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Irwan Saputra, mengatakan bahwa Indonesia harus belajar dari negara-negara seperti Thailand yang berhasil membangun industri komponen lokal melalui dukungan regulasi yang konsisten dan jaminan pasar.

Potensi Industri Otomotif Nasional Jika Mandiri

Apabila industri komponen otomotif lokal dapat berkembang, potensi ekonominya sangat besar. Selain mengurangi defisit neraca perdagangan akibat impor, industri ini juga akan membuka lapangan kerja, memperkuat inovasi teknologi dalam negeri, serta menjadikan Indonesia sebagai basis produksi regional.

Contoh konkret terlihat dari pabrikan seperti PT INKA di sektor transportasi rel, yang berhasil memproduksi sebagian besar komponennya secara lokal untuk ekspor. Pendekatan serupa bisa diterapkan dalam industri otomotif jika ada kemauan kolektif dari pemerintah, industri, dan akademisi.

Menuju Kemandirian Industri Otomotif

Kemandirian industri otomotif nasional tidak bisa dicapai hanya dengan kebijakan sepihak. Dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, pelaku industri besar, IKM, lembaga riset, dan universitas. Dana riset harus ditingkatkan, insentif fiskal diperluas, dan kebijakan impor komponen perlu diarahkan untuk mendorong alih teknologi.

Langkah lain yang bisa dilakukan adalah mendorong joint venture antara perusahaan komponen global dan lokal, agar terjadi proses transfer know-how secara langsung. Dalam jangka panjang, pendidikan vokasi yang relevan juga perlu diperkuat untuk menyiapkan tenaga kerja industri komponen yang kompeten.

Kesimpulan

Selama Indonesia belum mampu memproduksi komponen kendaraan bermotor secara mandiri, industri otomotif nasional akan terus bergantung pada dinamika global. Untuk keluar dari ketergantungan tersebut, dibutuhkan strategi menyeluruh yang fokus pada pembangunan ekosistem industri komponen lokal yang kuat, berdaya saing, dan berkelanjutan. Tanpa langkah konkret dan terintegrasi, cita-cita menjadi pemain utama otomotif Asia hanya akan menjadi wacana belaka.

Terkait