Review mendalam agar tidak salah beli
Dapatkan rekomendasi produk shopee.

Kenali Gejala Awal Diabetes yang Sering Diabaikan

Mei 07, 2025
Kenali Gejala Awal Diabetes yang Sering Diabaikan

Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Berdasarkan data dari International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah penyandang diabetes terbanyak. Sayangnya, banyak orang tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami gejala awal penyakit ini. Gejala awal diabetes sering kali bersifat ringan, samar, bahkan disalahartikan sebagai kelelahan biasa. Jika dibiarkan, diabetes dapat menimbulkan komplikasi serius seperti gangguan jantung, kerusakan ginjal, kebutaan, hingga amputasi.

Untuk itu, penting bagi masyarakat untuk mengenali tanda-tanda awal diabetes sejak dini. Deteksi dan intervensi awal dapat memperlambat perkembangan penyakit dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Apa Itu Diabetes dan Mengapa Bisa Terjadi?

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang terjadi ketika tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup atau tidak dapat menggunakan insulin secara efektif. Insulin adalah hormon yang berperan penting dalam mengatur kadar gula darah. Ketika fungsi ini terganggu, gula menumpuk di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia.

Terdapat dua tipe utama diabetes:

  • Diabetes tipe 1, umumnya terjadi sejak masa kanak-kanak atau remaja dan disebabkan oleh reaksi autoimun yang merusak sel penghasil insulin di pankreas.

  • Diabetes tipe 2, lebih umum terjadi pada orang dewasa, berkaitan erat dengan gaya hidup tidak sehat, seperti pola makan tinggi gula, kurang aktivitas fisik, dan obesitas.

Gejala Awal Diabetes yang Perlu Diwaspadai

Banyak penderita diabetes tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami gejala awal. Beberapa bahkan baru terdiagnosis ketika kadar gula darah sudah sangat tinggi atau saat mengalami komplikasi. Berikut ini adalah gejala-gejala awal diabetes yang sering diabaikan:

1. Sering Buang Air Kecil

Peningkatan kadar glukosa dalam darah membuat ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan gula melalui urine. Ini menyebabkan seseorang lebih sering buang air kecil, terutama pada malam hari.

2. Rasa Haus yang Berlebihan

Frekuensi buang air kecil yang meningkat membuat tubuh kehilangan banyak cairan, sehingga memicu rasa haus yang terus-menerus, meskipun sudah banyak minum.

3. Berat Badan Turun Tanpa Sebab yang Jelas

Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak bisa menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Akibatnya, tubuh membakar lemak dan otot untuk mencukupi kebutuhan energi, sehingga berat badan menurun drastis.

4. Cepat Lelah dan Lemah

Kelelahan yang tidak wajar bisa menjadi indikasi diabetes. Tubuh tidak mendapatkan energi yang cukup karena sel tidak mampu menyerap glukosa dengan baik.

5. Luka yang Sulit Sembuh

Kadar gula darah tinggi dapat memperlambat proses penyembuhan luka dan meningkatkan risiko infeksi. Luka kecil sekalipun bisa menjadi serius jika tidak ditangani dengan benar.

6. Penglihatan Kabur

Kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan pembengkakan pada lensa mata, yang mengganggu fokus penglihatan. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi komplikasi mata seperti retinopati diabetik.

7. Kesemutan atau Mati Rasa di Tangan dan Kaki

Neuropati diabetik adalah salah satu komplikasi awal dari diabetes yang memengaruhi sistem saraf, terutama di ujung saraf tangan dan kaki.

8. Infeksi Kulit dan Saluran Kemih yang Berulang

Kadar gula yang tinggi menciptakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme, meningkatkan risiko infeksi kulit, gusi, serta infeksi saluran kemih.

Faktor Risiko yang Meningkatkan Peluang Terkena Diabetes

Selain mengenali gejala, penting juga mengetahui faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena diabetes. Beberapa faktor tersebut antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan diabetes

  • Pola makan tinggi karbohidrat sederhana dan gula

  • Kurang berolahraga

  • Obesitas, terutama di area perut

  • Usia di atas 40 tahun

  • Hipertensi dan kadar kolesterol tinggi

  • Sindrom ovarium polikistik (PCOS)

Pentingnya Deteksi Dini dan Pemeriksaan Rutin

Karena gejalanya yang sering tidak disadari, pemeriksaan gula darah secara berkala menjadi langkah penting untuk mendeteksi diabetes sejak dini. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:

  • Tes gula darah puasa (GDP)

  • Tes gula darah sewaktu (GDS)

  • Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

  • Pemeriksaan HbA1c (gula darah rata-rata 3 bulan terakhir)

Hasil pemeriksaan ini dapat membantu dokter menentukan apakah seseorang dalam kondisi normal, pradiabetes, atau sudah terkena diabetes.

Langkah Preventif untuk Mengurangi Risiko

Pencegahan diabetes, khususnya tipe 2, sangat memungkinkan dilakukan dengan perubahan gaya hidup sehat. Berikut langkah-langkah yang bisa diterapkan:

1. Pola Makan Sehat

Perbanyak konsumsi serat dari sayur, buah, dan biji-bijian utuh. Kurangi asupan gula tambahan, makanan olahan, dan karbohidrat sederhana seperti nasi putih dan roti manis.

2. Aktivitas Fisik Teratur

Luangkan waktu setidaknya 30 menit setiap hari untuk berolahraga, seperti jalan kaki cepat, berenang, atau bersepeda.

3. Menjaga Berat Badan Ideal

Menurunkan berat badan sebanyak 5–10% dari berat awal dapat mengurangi risiko terkena diabetes secara signifikan.

4. Kelola Stres dengan Baik

Stres kronis dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan kadar gula darah. Teknik relaksasi seperti yoga, meditasi, atau terapi seni dapat membantu.

5. Hindari Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan

Kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol dapat memperparah resistensi insulin dan mempercepat kerusakan organ.

Penutup

Gejala awal diabetes sering kali datang secara perlahan dan samar, sehingga mudah diabaikan. Namun, dengan meningkatkan kesadaran dan rutin memeriksa kadar gula darah, potensi komplikasi serius bisa dicegah. Gaya hidup sehat dan seimbang adalah langkah terbaik untuk melindungi diri dari ancaman penyakit ini. Bila Anda mengalami beberapa gejala yang disebutkan, jangan tunda untuk berkonsultasi dengan tenaga medis profesional. Deteksi dini adalah kunci.

Terkait