Review mendalam agar tidak salah beli
Dapatkan rekomendasi produk shopee.

Menyulam Jadi Gaya Hidup Baru

Mei 07, 2025
Menyulam Jadi Gaya Hidup Baru

Dahulu identik dengan aktivitas nenek-nenek, kini menyulam mengalami kebangkitan sebagai bagian dari gaya hidup kreatif anak muda. Di tengah hiruk-pikuk era digital, praktik menyulam menawarkan pelarian yang hening, perlahan, dan penuh makna. Tak sekadar aktivitas tangan, menyulam kini menyentuh sisi emosional, estetika, dan bahkan eksistensial dari kehidupan urban masa kini.

Ruang Sunyi di Tengah Kebisingan Digital

Dalam dunia serba cepat, aktivitas menyulam menawarkan ritme lambat yang terapeutik. Duduk diam, memegang jarum dan benang, serta fokus pada tarikan benang demi benang—semuanya mengantarkan seseorang pada momen keheningan yang langka. Itulah yang dirasakan oleh Shinta Paramita, 27 tahun, yang mulai menyulam saat pandemi dan kini menjadikannya ritual harian.

"Menyulam membuat saya lebih sabar, dan anehnya justru merasa lebih produktif," ujarnya saat ditemui di sebuah kelas sulam komunitas di Jakarta Selatan.

Dari Ruang Hobi ke Identitas Visual

Menyulam tak lagi sekadar kegiatan rumah tangga, melainkan juga ekspresi diri. Instagram dan Pinterest kini dipenuhi karya sulam modern dengan gaya ilustratif, minimalis, hingga eksperimental. Kaum urban mulai menjadikan sulam sebagai identitas visual dan cara menyampaikan opini—baik sosial, politik, maupun personal.

Beberapa seniman sulam bahkan menggunakan teknik ini untuk merespons isu-isu sosial, seperti kekerasan terhadap perempuan, perubahan iklim, hingga representasi tubuh. Kain dan benang menjadi medium perlawanan yang halus namun dalam.

Komunitas dan Kelas Sulam Bermunculan

Tren menyulam tak bisa dilepaskan dari munculnya berbagai komunitas kreatif. Di Jakarta, Bandung, hingga Yogyakarta, kelas sulam menjamur, dari yang bersifat kasual hingga profesional. Komunitas seperti Sulam Rindu, Jarum Senja, hingga Kolektif Kain membuka ruang pertemuan antarpegiat sulam dari berbagai latar belakang.

Kelas-kelas ini bukan hanya wadah belajar teknik dasar, tetapi juga ajang untuk memperluas jaringan, berdiskusi soal tema, dan bahkan membangun usaha bersama. Banyak yang bermula dari kelas komunitas, lalu menjual hasil karyanya di e-commerce lokal atau pameran seni kriya.

Terapi Lewat Jarum dan Benang

Selain aspek kreatif dan sosial, menyulam juga diyakini membawa dampak positif terhadap kesehatan mental. Prosesnya yang repetitif mampu meredakan kecemasan, mirip dengan efek meditasi. Aktivitas ini membantu meningkatkan konsentrasi, kesabaran, dan ketenangan pikiran.

Psikolog klinis Aditya Mahendra menyebut bahwa kegiatan seperti menyulam dapat membantu individu mengatasi stres, terutama pada generasi muda yang kerap mengalami burnout digital.

"Ritme gerak menyulam seperti memberi ruang untuk bernapas dan mendengarkan diri sendiri," kata Aditya.

Menyulam dan Industri Kreatif

Popularitas sulam kini juga bersinggungan dengan industri mode dan desain. Sejumlah merek lokal mulai menggandeng pengrajin sulam untuk menghiasi pakaian, tas, bahkan sepatu. Sentuhan personal dari hasil sulaman tangan memberi nilai eksklusif yang tak dimiliki produk pabrikan.

Selain itu, banyak pelaku UMKM yang memanfaatkan keahlian menyulam untuk menciptakan produk home decor seperti cushion, wall hanging, hingga taplak meja estetik.

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Menyulam

Salah satu daya tarik menyulam adalah kemudahannya untuk dipelajari. Hanya berbekal kain, benang, dan jarum, siapa pun bisa memulai. Banyak tutorial tersedia di YouTube, TikTok, hingga Instagram Reels. Platform digital inilah yang turut menghidupkan kembali popularitas sulam, menjadikannya aksesibel dan inklusif.

Dina Wahyuni, 34 tahun, seorang content creator, membagikan video sulamnya setiap minggu. Ia mengaku banyak pengikutnya yang terinspirasi memulai dari nol.

"Menyulam mengajarkan saya untuk tak buru-buru. Di situ saya belajar mengenal proses," katanya.

Tradisi yang Diolah Ulang

Di beberapa wilayah Indonesia, teknik menyulam merupakan bagian dari warisan budaya. Sulaman Minangkabau, misalnya, dikenal lewat motif flora yang kaya makna simbolik. Kini, para pengrajin muda mencoba menggabungkan teknik tradisional dengan desain kontemporer.

Langkah ini tak hanya menjaga tradisi tetap hidup, tetapi juga membuka ruang dialog antar generasi.

Penutup: Menyulam dan Masa Kini

Menyulam hari ini bukan hanya tentang benang dan kain. Ia menjadi ruang untuk menyendiri, berdialog, berekspresi, bahkan berkarya secara profesional. Dalam keruwetan dunia modern, menyulam menjelma menjadi bentuk perlawanan yang lembut—diam tapi dalam, lambat tapi pasti.

Dan seperti yang terlihat di berbagai lini masa media sosial, menyulam bukan sekadar hobi: ia telah menjadi gaya hidup baru.

Terkait