Review mendalam agar tidak salah beli
Dapatkan rekomendasi produk shopee.

Merawat Diri Bukan Egois, Ini Alasannya

Mei 07, 2025
Merawat Diri Bukan Egois, Ini Alasannya

Dalam kehidupan yang serba cepat, kita kerap terdorong untuk terus memberi. Memberi waktu, perhatian, tenaga, bahkan emosi—terutama kepada orang-orang terdekat. Namun, di balik semua itu, seringkali kita lupa bahwa diri sendiri juga butuh ruang, butuh perawatan. Dan ketika ada yang mencoba melakukannya, tak jarang mereka dicap egois.

Padahal, merawat diri bukan tindakan egois. Sebaliknya, ia adalah fondasi bagi hidup yang seimbang dan relasi yang sehat. Artikel ini mengajak kita memahami mengapa self-care justru adalah bentuk kasih sayang yang paling murni, termasuk kepada orang lain.

Mengapa Stigma “Egois” Melekat?

Budaya kolektivistik di banyak masyarakat, termasuk Indonesia, menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan individu. Tak salah. Namun, tanpa keseimbangan, hal ini kerap melahirkan ekspektasi tak sehat: bahwa kebaikan hanya berlaku jika dilakukan untuk orang lain, bukan untuk diri sendiri.

Dari kecil kita diajarkan untuk mendahulukan orang lain, membantu sebisa mungkin, dan jangan banyak mengeluh. Akibatnya, saat seseorang memutuskan mengambil waktu untuk istirahat, menetapkan batasan, atau memilih diam demi ketenangan, ia dianggap menarik diri. Di sinilah kata "egois" sering disematkan.

Self-Care: Hak, Bukan Hadiah

Merawat diri bukanlah hadiah yang boleh kita ambil hanya setelah semua tanggung jawab selesai. Ia adalah hak yang melekat sebagai manusia. Sebagaimana kita memberi makan tubuh, kita juga perlu memberi asupan untuk jiwa dan pikiran.

Self-care bukan berarti pergi ke spa setiap minggu atau membeli barang mahal. Ia bisa sesederhana tidur cukup, berkata “tidak” pada hal yang melelahkan, atau duduk tenang menikmati secangkir teh. Merawat diri berarti mengenali kebutuhan personal dan memenuhinya secara sadar.

Energi yang Terisi, Hubungan yang Lebih Sehat

Seseorang yang lelah secara emosional akan sulit hadir sepenuhnya dalam hubungan. Ketika kita mengabaikan diri sendiri, kita menjadi rentan terhadap stres, burnout, dan sikap reaktif. Akhirnya, relasi pun bisa merenggang.

Dengan merawat diri, kita memberi ruang bagi pemulihan. Kita menjadi lebih tenang, lebih sabar, dan mampu merespons dengan empati. Dalam jangka panjang, inilah yang menciptakan hubungan sehat dan saling menghargai.

Membangun Batasan adalah Tanda Kedewasaan

Salah satu bentuk merawat diri adalah berani menetapkan batas. Ini bukan sikap defensif, melainkan langkah sadar untuk melindungi kesejahteraan mental dan emosional. Dalam praktiknya, batas bisa berupa:

  • Tidak membalas pesan kerja di luar jam kerja.

  • Memilih tidak hadir di acara yang melelahkan secara sosial.

  • Mengungkapkan perasaan tanpa merasa bersalah.

Banyak orang merasa bersalah saat mulai menetapkan batas, terutama jika terbiasa menyenangkan orang lain. Tapi justru lewat batasan itulah, kita menjaga hubungan tetap sehat tanpa mengorbankan diri sendiri.

Merawat Diri adalah Tindakan Bertanggung Jawab

Ironisnya, banyak orang merasa merawat diri itu egois, padahal justru dengan merawat diri, kita mampu bertanggung jawab atas hidup kita. Tubuh yang sehat, emosi yang stabil, dan pikiran yang jernih adalah syarat dasar untuk menjalani peran sosial—sebagai pasangan, orang tua, teman, atau profesional.

Sama seperti oksigen dalam pesawat, kita harus memakainya untuk diri sendiri dulu sebelum membantu orang lain. Jika tidak, kita justru bisa tumbang di tengah jalan.

Cara Praktis Merawat Diri Setiap Hari

Tidak perlu langkah besar. Merawat diri bisa dimulai dari hal-hal kecil, seperti:

  • Tidur cukup dan berkualitas.

  • Mengatur waktu layar agar tidak berlebihan.

  • Menghindari percakapan yang menguras emosi.

  • Makan dengan sadar, bukan sekadar mengisi perut.

  • Memberi ruang untuk hobi tanpa rasa bersalah.

  • Berjalan kaki atau bergerak secara rutin.

  • Menulis jurnal untuk memproses pikiran.

Hal-hal sederhana ini, jika dilakukan konsisten, bisa menjadi pondasi ketenangan dalam jangka panjang.

Kesimpulan: Diri yang Terawat Lebih Siap Hadir untuk Dunia

Mengubah pandangan bahwa merawat diri bukanlah egois memerlukan waktu. Tapi perlahan, kita bisa membangun kesadaran bahwa menjaga diri adalah bentuk cinta yang tulus, bukan hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk lingkungan sekitar.

Ketika kita utuh, kita bisa memberi tanpa merasa terkuras. Ketika kita cukup, kita tak merasa perlu mengorbankan diri demi pengakuan. Dan ketika kita hadir secara sadar, kita benar-benar bisa menemani orang lain dengan kualitas terbaik yang kita miliki.

Terkait