Paparan layar pada balita semakin sulit dihindari. Dalam kehidupan modern, gawai seperti ponsel, tablet, dan televisi sering kali menjadi alat bantu orang tua dalam menenangkan anak atau sekadar mengisi waktu luang. Namun, di balik kemudahan tersebut, risiko penggunaan layar secara berlebihan pada anak usia dini membawa dampak yang tidak dapat diabaikan.
Tumbuh Kembang yang Terkendala
Perkembangan Bahasa yang Terhambat
Salah satu dampak paling nyata dari screen time berlebihan adalah keterlambatan perkembangan bahasa. Balita membutuhkan interaksi langsung, baik secara verbal maupun nonverbal, untuk menyerap kosakata, intonasi, dan struktur komunikasi. Ketika waktu bermain interaktif tergantikan oleh layar, anak kehilangan kesempatan emas untuk belajar dari lingkungan sosial sekitarnya.
Studi yang dipublikasikan oleh American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa anak yang menghabiskan lebih dari satu jam per hari di depan layar berisiko mengalami penurunan kemampuan berbahasa. Interaksi satu arah dari video atau animasi tidak mampu menggantikan percakapan dua arah dengan orang dewasa atau teman sebayanya.
Gangguan Kognitif dan Perhatian
Paparan konten visual dan audio yang terus-menerus dan cepat berubah dapat mengganggu kemampuan konsentrasi anak. Anak yang terbiasa dengan stimulasi intens dari layar sering kali menunjukkan kesulitan untuk fokus pada aktivitas yang lebih lambat seperti membaca buku atau menyusun balok.
Penelitian dari University of Calgary menunjukkan bahwa screen time berlebihan berkorelasi dengan penurunan skor dalam pengukuran keterampilan kognitif, seperti memori jangka pendek dan kemampuan pemecahan masalah. Ini menjadi perhatian utama bagi orang tua yang berharap anak dapat berkembang optimal.
Gangguan Fisik yang Tersembunyi
Masalah Tidur yang Mengganggu
Paparan cahaya biru dari layar, terutama sebelum tidur, mengganggu produksi hormon melatonin yang mengatur siklus tidur. Akibatnya, anak bisa mengalami kesulitan tidur atau tidur dengan kualitas buruk. Masalah ini tidak hanya mempengaruhi jam istirahat anak, tetapi juga mengganggu proses pertumbuhan fisik dan konsolidasi memori yang terjadi saat tidur.
Aktivitas Fisik yang Berkurang
Screen time yang tinggi sering kali berarti waktu bermain aktif yang menurun. Anak yang seharusnya berlari, melompat, atau bermain di luar ruangan menjadi lebih banyak duduk. Ini meningkatkan risiko obesitas anak, lemahnya otot, dan koordinasi motorik yang kurang berkembang. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar balita memiliki setidaknya tiga jam aktivitas fisik setiap hari dalam berbagai intensitas.
Dampak Emosional dan Sosial
Risiko Ketergantungan dan Ledakan Emosi
Balita belum memiliki kontrol emosi yang stabil. Ketika mereka terbiasa memperoleh kesenangan instan dari layar, mereka cenderung mengalami ledakan emosi saat akses tersebut dihentikan. Ini adalah bentuk awal dari ketergantungan psikologis yang dapat berkembang menjadi kecanduan digital di masa mendatang.
Selain itu, anak yang terlalu sering terpapar layar cenderung memiliki keterampilan sosial yang lebih rendah. Mereka tidak terbiasa membaca ekspresi wajah, memahami isyarat sosial, atau berinteraksi dengan teman sebaya dalam situasi nyata.
Menurunnya Ikatan Emosional dalam Keluarga
Interaksi antara orang tua dan anak sangat penting dalam membangun ikatan emosional yang kuat. Jika waktu tersebut digantikan dengan screen time, kelekatan emosional dapat terganggu. Anak mungkin merasa kurang diperhatikan, sementara orang tua merasa telah "mengisi waktu" anak dengan cukup, padahal keterlibatan emosional minim terjadi.
Rekomendasi Para Ahli
Batasan Waktu yang Jelas
American Academy of Pediatrics merekomendasikan agar anak usia di bawah 2 tahun tidak terpapar layar sama sekali, kecuali untuk video call. Untuk anak usia 2 hingga 5 tahun, screen time dibatasi maksimal satu jam per hari dengan konten yang berkualitas dan pendampingan orang tua.
Prioritaskan Interaksi Dunia Nyata
Mengganti waktu layar dengan kegiatan dunia nyata seperti bermain, membaca buku bersama, atau berkreasi dengan alat sederhana jauh lebih bermanfaat. Aktivitas ini membantu perkembangan motorik, bahasa, hingga keterampilan sosial anak.
Jadikan Orang Tua sebagai Contoh
Anak meniru apa yang mereka lihat. Jika orang tua sendiri terlalu sering memegang gawai, maka anak akan menganggap perilaku itu wajar. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk menjadi teladan dengan menunjukkan kebiasaan sehat dalam menggunakan teknologi.
Penutup
Screen time bukanlah musuh yang harus dihindari sepenuhnya, namun penggunaannya pada balita memerlukan pengawasan dan batasan yang tegas. Dalam masa perkembangan yang krusial ini, interaksi langsung, bermain aktif, dan keterlibatan emosional dari orang tua jauh lebih berharga daripada sekadar tayangan di layar.
Image Prompt (Hyperrealism in photography):

