Warga di sekitar bantaran Sungai Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, mengeluhkan bau menyengat yang belakangan ini kian tak tertahankan. Bau busuk yang menyeruak sepanjang aliran sungai diduga kuat berasal dari limbah industri dan rumah tangga yang mencemari air sungai selama bertahun-tahun. Kondisi ini membuat aktivitas warga terganggu, bahkan berpotensi menimbulkan dampak kesehatan.
Krisis Kesehatan Mengintai Bantaran Sungai
Menurut penuturan Sumarni (48), warga Kampung Pabuaran, bau tidak sedap kerap muncul terutama saat pagi dan sore hari. "Kadang kami sampai tidak bisa makan karena baunya seperti got busuk dicampur bahan kimia," ujar Sumarni kepada Tempo, Jumat (3/5/2025).
Ia mengaku keluarganya mulai mengalami gangguan pernapasan sejak beberapa bulan terakhir. Anak bungsunya kerap batuk disertai sesak napas, terutama setelah bermain di sekitar sungai.
"Kalau musim hujan, air sungai meluap ke halaman rumah. Warnanya hitam pekat dan berbuih, baunya menyengat sekali. Kami takut, tapi tidak punya pilihan tinggal di tempat lain," keluhnya.
Laporan dari Puskesmas setempat mencatat peningkatan kasus ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) dan penyakit kulit sejak awal tahun. Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor mengakui adanya lonjakan pasien di wilayah dekat aliran sungai.
Limbah Diduga Berasal dari Kawasan Industri
Sungai Cibinong melintasi beberapa kawasan industri kecil hingga menengah. Berdasarkan investigasi tim LSM Lingkungan "Hijau Lestari", ditemukan beberapa titik pembuangan limbah cair langsung ke badan sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.
"Kami menemukan setidaknya lima pabrik tahu dan tekstil yang tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Ini jelas melanggar aturan lingkungan hidup," kata Rendra Prasetyo, Koordinator Hijau Lestari.
Selain limbah industri, warga juga mengakui bahwa sampah rumah tangga menjadi masalah tersendiri. Kurangnya sistem pengelolaan sampah membuat warga kerap membuang sampah langsung ke sungai.
"Tiap pagi pasti ada yang buang kantong plastik, popok, sampai bangkai ayam. Sampah mengambang di mana-mana," ujar Adi, warga lain yang tinggal di RW 03.
Pemerintah Didesak Bertindak Tegas
Pemerintah Kabupaten Bogor menyatakan telah mengirim surat peringatan kepada sejumlah pelaku industri yang terindikasi mencemari sungai. Namun hingga kini belum ada tindakan konkret berupa penyegelan atau penghentian operasional.
"Kami sedang melakukan verifikasi dan pengujian sampel air. Jika terbukti mencemari lingkungan, akan kami tindak sesuai ketentuan," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bogor, Arif Munandar.
Namun langkah ini dinilai terlalu lambat. Warga dan aktivis menuntut tindakan cepat sebelum kondisi memburuk. Menurut catatan WALHI Jawa Barat, pencemaran sungai di wilayah Jabodetabek telah mencapai tingkat kritis.
"Kalau menunggu hasil laboratorium terus, warga keburu sakit semua. Harus ada moratorium pembuangan limbah dan pembenahan IPAL segera," tegas Rendra.
Solusi Jangka Pendek dan Panjang
Pengamat lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Lanny Siregar, menyatakan bahwa solusi pencemaran sungai tidak bisa hanya dilakukan satu pihak. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, industri, dan masyarakat.
"Sungai adalah ekosistem sosial. Kalau industrinya lalai, pemerintah lemah pengawasan, dan masyarakat buang sampah sembarangan, ya hasilnya seperti sekarang," katanya.
Untuk jangka pendek, ia menyarankan pemasangan aerator dan pembersihan rutin sungai secara gotong royong. Jangka panjang, perlu pendidikan lingkungan sejak dini dan penerapan sanksi tegas terhadap pelaku pencemar.
Suara Anak Muda: Dari Demo ke Aksi Nyata
Kondisi sungai yang memprihatinkan juga memantik gerakan anak muda setempat. Komunitas "Cibinong Bersih" yang digagas mahasiswa dan pelajar menggelar aksi bersih-bersih sungai tiap akhir pekan. Mereka juga membuat kampanye digital soal bahaya pencemaran air.
"Kami sadar pemerintah lambat, jadi kami mulai dari diri sendiri. Tapi kami tidak akan berhenti mendesak perubahan kebijakan," kata Nindy, mahasiswa Universitas Pakuan.
Gerakan ini mendapat dukungan dari sejumlah tokoh masyarakat dan sekolah. Meski masih kecil, langkah komunitas ini menjadi harapan baru untuk masa depan lingkungan yang lebih bersih.
Menanti Langkah Nyata, Bukan Sekadar Janji
Hingga berita ini diturunkan, belum ada perubahan signifikan di lapangan. Sungai Cibinong masih hitam dan berbuih. Bau menyengat masih menyelimuti rumah-rumah di sekitarnya. Warga hanya bisa berharap bahwa jeritan mereka akhirnya didengar dan ditanggapi secara serius.
"Kami tidak minta banyak. Asal sungainya tidak lagi bau dan beracun, itu sudah cukup," ujar Sumarni pelan.
Kondisi ini mencerminkan realitas lingkungan yang kerap diabaikan dalam pusaran pembangunan dan investasi. Saat sungai menjadi tempat pembuangan, bukan sumber kehidupan, maka suara warga adalah panggilan terakhir untuk bertindak—sebelum semuanya terlambat.

